Elektronika Diskrit
1. Jenis-jenis Komponen Elektronika beserta Fungsi dan
Simbolnya

Jenis-jenis Komponen Elektronika beserta
Fungsi dan Simbolnya –
Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa
Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut
memiliki fungsi-fungsinya tersendiri di dalam sebuah Rangkaian Elektronika.
Seiring dengan perkembangan Teknologi, komponen-komponen Elektronika makin
bervariasi dan jenisnya pun bertambah banyak. Tetapi komponen-komponen dasar
pembentuk sebuah peralatan Elektronika seperti Resistor, Kapasitor, Transistor,
Dioda, Induktor dan IC masih tetap digunakan hingga saat ini.
Jenis-jenis Komponen Elektronika
Berikut ini merupakan Fungsi dan Jenis-jenis Komponen Elektronika dasar
yang sering digunakan dalam Peralatan Elektronika beserta simbolnya.
1
A. Resistor
Resistor atau disebut juga dengan Hambatan adalah Komponen Elektronika
Pasif yang berfungsi untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu
rangkaian Elektronika. Satuan Nilai Resistor atau Hambatan adalah Ohm (Ω).
Nilai Resistor biasanya diwakili dengan Kode angka ataupun Gelang Warna yang
terdapat di badan Resistor. Hambatan Resistor sering disebut juga dengan
Resistansi atau Resistance.
Jenis-jenis Resistor
diantaranya adalah :
1. Resistor yang Nilainya
Tetap
2. Resistor yang Nilainya
dapat diatur, Resistor Jenis ini sering disebut juga dengan Variable Resistor
ataupun Potensiometer.
3. Resistor yang Nilainya
dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya, Resistor jenis ini disebut
dengan LDR atau Light Dependent Resistor
4. Resistor yang Nilainya
dapat berubah sesuai dengan perubahan suhu, Resistor jenis ini disebut dengan
PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative Temperature
Coefficient)
2
Gambar dan Simbol Resistor :
B. Kapasitor (Capacitor)
Kapasitor atau disebut juga dengan Kondensator adalah Komponen Elektronika
Pasif yang dapat menyimpan energi atau muatan listrik dalam sementara waktu.
Fungsi-fungsi Kapasitor (Kondensator) diantaranya adalah dapat memilih
gelombang radio pada rangkaian Tuner, sebagai perata arus pada rectifier dan
juga sebagai Filter di dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya). Satuan nilai
untuk Kapasitor (Kondensator) adalah Farad (F)
Jenis-jenis Kapasitor diantaranya adalah :
Jenis-jenis Kapasitor diantaranya adalah :
3
1. Kapasitor yang nilainya
Tetap dan tidak ber-polaritas. Jika didasarkan pada bahan pembuatannya maka
Kapasitor yang nilainya tetap terdiri dari Kapasitor Kertas, Kapasitor Mika,
Kapasitor Polyster dan Kapasitor Keramik.
2. Kapasitor yang nilainya
Tetap tetapi memiliki Polaritas Positif dan Negatif, Kapasitor tersebut adalah
Kapasitor Elektrolit atau Electrolyte Condensator (ELCO) dan Kapasitor Tantalum
3. Kapasitor yang nilainya
dapat diatur, Kapasitor jenis ini sering disebut dengan Variable Capasitor.
Gambar dan Simbol Kapasitor :
C. Induktor (Inductor)
Induktor atau disebut juga dengan Coil (Kumparan) adalah Komponen
Elektronika Pasif yang berfungsi sebagai Pengatur Frekuensi, Filter dan juga
sebagai alat kopel (Penyambung). Induktor atau Coil banyak ditemukan pada
Peralatan atau Rangkaian Elektronika yang berkaitan dengan Frekuensi seperti
Tuner untuk pesawat Radio. Satuan Induktansi untuk Induktor adalah Henry (H).
4
Jenis-jenis Induktor diantaranya adalah :
1. Induktor yang nilainya
tetap
2. Induktor yang nilainya
dapat diatur atau sering disebut dengan Coil Variable.
Gambar dan Simbol Induktor :
D. Dioda (Diode)
Diode adalah Komponen Elektronika Aktif yang berfungsi untuk menghantarkan
arus listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya.
Diode terdiri dari 2 Elektroda yaitu Anoda dan Katoda.
Berdasarkan Fungsi Dioda terdiri dari :
1. Dioda Biasa atau Dioda
Penyearah yang umumnya terbuat dari Silikon dan berfungsi sebagai penyearah
arus bolak balik (AC) ke arus searah (DC).
2. Dioda Zener (Zener
Diode) yang berfungsi sebagai pengamanan rangkaian setelah tegangan yang
ditentukan oleh Dioda Zener yang bersangkutan. Tegangan tersebut sering disebut
dengan Tegangan Zener.
3. LED (Light Emitting
Diode) atau Diode Emisi Cahaya yaitu Dioda yang dapat memancarkan cahaya
monokromatik.
4. Dioda Foto (Photo Diode)
yaitu Dioda yang peka dengan cahaya sehingga sering digunakan sebagai Sensor.
5
5. Dioda Schottky (SCR atau
Silicon Control Rectifier) adalah Dioda yang berfungsi sebagai pengendali .
6. Dioda Laser (Laser
Diode) yaitu Dioda yang dapat memancar cahaya Laser. Dioda Laser sering
disingkat dengan LD.
Gambar dan Simbol Dioda:
6
E. Transistor
Transistor merupakan Komponen Elektronika Aktif yang memiliki banyak fungsi
dan merupakan Komponen yang memegang peranan yang sangat penting dalam dunia
Elektronik modern ini. Beberapa fungsi Transistor diantaranya adalah sebagai
Penguat arus, sebagai Switch (Pemutus dan penghubung), Stabilitasi Tegangan,
Modulasi Sinyal, Penyearah dan lain sebagainya. Transistor terdiri dari 3
Terminal (kaki) yaitu Base/Basis (B), Emitor (E) dan Collector/Kolektor (K).
Berdasarkan strukturnya, Transistor terdiri dari 2 Tipe Struktur yaitu PNP dan
NPN. UJT (Uni Junction Transistor), FET (Field Effect Transistor) dan MOSFET
(Metal Oxide Semiconductor FET) juga merupakan keluarga dari Transistor.
Gambar dan Simbol Transistor :
F. IC (Integrated Circuit)
IC (Integrated Circuit) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari
gabungan ratusan bahkan jutaan Transistor, Resistor dan komponen lainnya yang
diintegrasi menjadi sebuah Rangkaian Elektronika dalam sebuah kemasan kecil.
Bentuk IC (Integrated Circuit) juga bermacam-macam, mulai dari yang berkaki 3
(tiga) hingga ratusan kaki (terminal). Fungsi IC juga beraneka ragam, mulai
dari penguat, Switching, pengontrol hingga media penyimpanan.
7
Pada umumnya, IC adalah Komponen Elektronika dipergunakan sebagai Otak
dalam sebuah Peralatan Elektronika. IC merupakan komponen Semi konduktor yang
sangat sensitif terhadap ESD (Electro Static Discharge).
Sebagai Contoh, IC yang berfungsi sebagai Otak pada sebuah Komputer yang disebut sebagai Microprocessor terdiri dari 16 juta Transistor dan jumlah tersebut belum lagi termasuk komponen-komponen Elektronika lainnya.
Sebagai Contoh, IC yang berfungsi sebagai Otak pada sebuah Komputer yang disebut sebagai Microprocessor terdiri dari 16 juta Transistor dan jumlah tersebut belum lagi termasuk komponen-komponen Elektronika lainnya.
Gambar dan Simbol IC (Integrated Circuit) :
G. Saklar (Switch)
Saklar adalah Komponen yang digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan
aliran listrik. Dalam Rangkaian Elektronika, Saklar sering digunakan sebagai
ON/OFF dalam peralatan Elektronika.
8
Gambar dan Simbol Saklar (Switch) :
3. Pengertian Resistor dan Jenis-jenisnya

9
Pengertian Resistor dan Jenis-jenisnya –
Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering ditemukan dalam
Rangkaian Elektronika. Hampir setiap peralatan Elektronika menggunakannya. Pada
dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai
resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur
arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Resistor atau dalam bahasa
Indonesia sering disebut dengan Hambatan atau Tahanan dan biasanya disingkat
dengan Huruf “R”. Satuan Hambatan atau Resistansi Resistor adalah OHM (Ω).
Sebutan “OHM” ini diambil dari nama penemunya yaitu Georg Simon Ohm yang juga
merupakan seorang Fisikawan Jerman.
Untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian
Elektronika, Resistor bekerja berdasarkan Hukum Ohm. Untuk lebih jelas mengenai
Hukum Ohm, silakan baca :Pengertian, rumus dan bunyi Hukum Ohm.
Jenis-jenis
Resistor
Pada umumnya Resistor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis,
diantaranya adalah Fixed Resistor, Variable Resistor, Thermistor dan LDR.
A.
Fixed Resistor
Fixed Resistor adalah jenis Resistor yang memiliki nilai resistansinya
tetap. Nilai Resistansi atau Hambatan Resistor ini biasanya ditandai dengan
kode warna ataupun kode Angka. Anda dapat membaca artikel : Cara Menghitung Nilai Resistor berdasarkan
Kode Angka dan Kode Warna.
10
Bentuk dan Simbol Fixed Resistor
Yang tergolong dalam Kategori Fixed Resistor berdasarkan Komposisi bahan
pembuatnya diantaranya adalah :
Carbon Composition Resistor (Resistor Komposisi Karbon)
Resistor jenis Carbon Composistion ini terbuat dari komposisi karbon halus
yang dicampur dengan bahan isolasi bubuk sebagai pengikatnya (binder) agar
mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan. Semakin banyak bahan karbonnya
semakin rendah pula nilai resistansi atau nilai hambatannya.
Nilai Resistansi yang sering ditemukan di pasaran untuk Resistor jenis
Carbon Composistion Resistor ini biasanya berkisar dari 1Ω sampai 200MΩ dengan
daya 1/10W sampai 2W.
11
Carbon Film Resistor (Resistor Film Karbon)
Resistor Jenis Carbon Film ini terdiri dari filem tipis karbon yang
diendapkan Subtrat isolator yang dipotong berbentuk spiral. Nilai resistansinya
tergantung pada proporsi karbon dan isolator. Semakin banyak bahan karbonnya
semakin rendah pula nilai resistansinya. Keuntungan Carbon Film Resistor ini
adalah dapat menghasilkan resistor dengan toleransi yang lebih rendah dan juga
rendahnya kepekaan terhadap suhu jika dibandingkan dnegan Carbon Composition
Resistor.
Nilai Resistansi Carbon Film Resistor yang tersedia di pasaran biasanya
berkisar diantara 1Ω sampai 10MΩ dengan daya 1/6W hingga 5W. Karena rendahnya
kepekaan terhadap suhu, Carbon Film Resistor dapat bekerja di suhu yang
berkisar dari -55°C hingga 155°C.
Metal Film Resistor (Resistor Film Logam)
Metal Film Resistor adalah jenis Resistor yang dilapisi dengan Film logam
yang tipis ke Subtrat Keramik dan dipotong berbentuk spiral. Nilai
Resistansinya dipengaruhi oleh panjang, lebar dan ketebalan spiral logam.
Secara keseluruhan, Resistor jenis Metal Film ini merupakan yang terbaik
diantara jenis-jenis Resistor yang ada (Carbon Composition Resistor dan Carbon
Film Resistor).
B.
Variable Resistor
Variable Resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat
berubah dan diatur sesuai dengan keinginan. Pada umumnya Variable Resistor terbagi
menjadi Potensiometer, Rheostat dan Trimpot.
12
Bentuk dan Simbol Variable Resistor
Potensiometer
Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai resistansinya
dapat berubah-ubah dengan cara memutar porosnya melalui sebuah Tuas yang
terdapat pada Potensiometer. Nilai Resistansi Potensiometer biasanya tertulis
di badan Potensiometer dalam bentuk kode angka.
Rheostat
Rheostat merupakan jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada
Tegangan dan Arus yang tinggi. Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif dan
pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan penyapu yang bergerak pada bagian
atas Toroid.
Preset Resistor (Trimpot)
Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer
Potensiometer) adalah jenis Variable Resistor yang berfungsi seperti
Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan tidak memiliki Tuas.
Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat bantu seperti Obeng kecil
untuk dapat memutar porosnya.
13
C. Thermistor (Thermal Resistor)
Thermistor adalah Jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat dipengaruhi
oleh suhu (Temperature). Thermistor merupakan Singkatan dari “Thermal Resistor”.
Terdapat dua jenis Thermistor yaitu Thermistor NTC (Negative Temperature
Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient).
Bentuk dan Simbol
D. LDR (Light Dependent Resistor)
LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis Resistor yang nilai
Resistansinya dipengaruhi oleh intensitas Cahaya yang diterimanya. Untuk lebih
jelas mengenai LDR, Silakan baca :Pengertian
LDR dan Cara Mengukurnya.
14
Bentuk dan Simbol LDR
Fungsi-fungsi
Resistor
Fungsi-fungsi Resistor
di dalam Rangkaian Elektronika diantaranya adalah sebagai berikut :
- Sebagai Pembatas Arus listrik
- Sebagai Pengatur Arus listrik
- Sebagai Pembagi Tegangan
listrik
- Sebagai
Penurun Tegangan listri
4.Rangkaian Seri
dan Paralel Resistor serta Cara Menghitung Nilainya

15
Rangkaian
Seri dan Paralel Resistor serta Cara Menghitung Nilainya – Resistor adalahKomponen
Elektronika yang paling sering ditemui dalam rangkaian
Elektronika. Fungsi dari Komponen Resistor adalah sebagai penghambat listrik
dan juga dipergunakan sebagai pengatur arus listrik dalam rangkaian
Elektronika. Satuan pengukuran Resistor (Hambatan) adalah OHM (Ω). Dalam
Rangkaian Elektronika, Resistor atau Hambatan ini sering disingkat dengan huruf
“R” (huruf R besar).
Nilai Resistor yang diproduksi oleh Produsen Resistor (Perusahaan Produksi
Resistor) sangat terbatas dan mengikuti Standard Value Resistor (Nilai Standar
Resistor). Jadi di pasaran kita hanya menemui sekitar 168 jenis nilai resistor.
Berikut ini adalah tabel Standard Value Resitor (Nilai Standar Resitor) yang
terdapat di pasaran.
Tabel Nilai Standar Resistor
Jadi bagaimana kalau nilai Resistor yang kita inginkan tidak terdapat di
pasaran? Contohnya 400 Kilo Ohm, 250 Ohm, ataupun 6 Kilo Ohm. Nilai-nilai
Resistor yang disebutkan ini tidak terdapat dalam daftar Standard Value
Resistor sehingga kita tidak mungkin akan menemukan nilai-nilai Resistor
tersebut di Pasaran. Untuk mengatasi hal ini kita perlu menggunakan Rangkaian Seri
ataupun Rangkaian Paralel Resistor untuk mendapatkan Nilai Resistor yang kita
inginkan.
Rangkaian Seri Resistor
Rangkaian Seri Resistor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah
atau lebih Resistor yang disusun secara sejajar atau berbentuk Seri. Dengan
Rangkaian Seri ini kita bisa mendapatkan nilai Resistor Pengganti yang kita
inginkan.
16
Rumus dari Rangkaian Seri Resistor adalah
:
Rtotal = R1 + R2 + R3 + ….. + Rn
Dimana :
Rtotal = Total Nilai
Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n
Berikut ini adalah
gambar bentuk Rangkaian Seri :
17
Contoh Kasus untuk menghitung Rangkaian Seri Resistor
Seorang Engineer ingin membuat sebuah peralatan Elektronik, Salah satu
nilai resistor yang diperlukannya adalah 4 Mega Ohm, tetapi Engineer tidak
dapat menemukan Resistor dengan nilai 4 Mega Ohm di pasaran sehingga dia harus
menggunakan rangkaian seri Resistor untuk mendapatkan penggantinya.
Penyelesaian :
Ada beberapa kombinasi Nilai Resistor yang dapat dipergunakannya, antara
lain :
1 buah Resistor dengan
nilai 3,9 Mega Ohm
1 buah Resistor dengan nilai 100 Kilo Ohm
Rtotal = R1 + R2
3,900,000 + 100,000 = 4,000,000 atau sama dengan 4 Mega Ohm.
1 buah Resistor dengan nilai 100 Kilo Ohm
Rtotal = R1 + R2
3,900,000 + 100,000 = 4,000,000 atau sama dengan 4 Mega Ohm.
Atau
4 buah Resistor dengan nilai 1 Mega Ohm
Rtotal = R1 + R2 + R3 + R4
1 MOhm + 1 MOhm + 1 MOhm + 1 MOhm = 4 Mega Ohm
Rangkaian Paralel Resistor
Rangkaian Paralel Resistor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah
atau lebih Resistor yang disusun secara berderet atau berbentuk Paralel. Sama
seperti dengan Rangkaian Seri, Rangkaian Paralel juga dapat digunakan untuk
mendapatkan nilai hambatan pengganti. Perhitungan Rangkaian Paralel sedikit
lebih rumit dari Rangkaian Seri.
18
Rumus dari Rangkaian
Seri Resistor adalah :
1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ….. + 1/Rn
Dimana :
Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n
Berikut ini adalah
gambar bentuk Rangkaian Paralel :
19
Contoh Kasus untuk Menghitung Rangkaian Paralel Resistor
Terdapat 3 Resistor
dengan nilai-nilai Resistornya adalah sebagai berikut :
R1 = 100 Ohm
R2 = 200 Ohm
R3 = 47 Ohm
R1 = 100 Ohm
R2 = 200 Ohm
R3 = 47 Ohm
Berapakah nilai hambatan
yang didapatkan jika memakai Rangkaian Paralel Resistor?
Penyelesaiannya :
1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3
1/Rtotal = 1/100 + 1/200 + 1/47
1/Rtotal = 94/9400 + 47/9400 + 200/9400
1/Rtotal = 341 x Rtotal = 1 x 9400 (→ Hasil kali silang)
Rtotal = 9400/341
Rtotal = 27,56
1/Rtotal = 1/100 + 1/200 + 1/47
1/Rtotal = 94/9400 + 47/9400 + 200/9400
1/Rtotal = 341 x Rtotal = 1 x 9400 (→ Hasil kali silang)
Rtotal = 9400/341
Rtotal = 27,56
Jadi Nilai Hambatan
Resistor pengganti untuk ketiga Resistor tersebut adalah 27,56 Ohm.
Hal yang perlu diingat
bahwa Nilai Hambatan Resistor (Ohm) akan bertambah jika menggunakan Rangkaian
Seri Resistor sedangkan Nilai Hambatan Resistor (Ohm) akan berkurang jika
menggunakan Rangkaian Paralel Resistor.
Pada Kondisi tertentu,
kita juga dapat menggunakan Rangkaian Gabungan antara Rangkaian Seri dan
Rangkaian Paralel Resistor.
Untuk mengetahui cara
membaca kode warna dan kode angka Resistor, silakan membaca artikel “Cara menghitung Nilai Resistor“
20
Simbol dan Fungsi Kapasitor beserta Jenis-jenisnya

Simbol dan Fungsi Kapasitor beserta
jenis-jenisnya – Kapasitor (Capacitor) atau disebut juga dengan Kondensator
(Condensator) adalah Komponen
Elektronika Pasif yang dapat menyimpan muatan listrik dalam
waktu sementara dengan satuan kapasitansinya adalah Farad. Satuan Kapasitor
tersebut diambil dari nama penemunya yaitu Michael Faraday (1791 ~ 1867) yang
berasal dari Inggris. Namun Farad adalah satuan yang sangat besar, oleh karena
itu pada umumnya Kapasitor yang digunakan dalam peralatan Elektronika adalah
satuan Farad yang dikecilkan menjadi pikoFarad, NanoFarad dan MicroFarad.
Konversi Satuan Farad
adalah sebagai berikut :
1 Farad = 1.000.000µF
(mikro Farad)
1µF = 1.000nF (nano Farad)
1µF = 1.000.000pF (piko Farad)
1nF = 1.000pF (piko Farad)
1µF = 1.000nF (nano Farad)
1µF = 1.000.000pF (piko Farad)
1nF = 1.000pF (piko Farad)
21
Kapasitor merupakan
Komponen Elektronika yang terdiri dari 2 pelat konduktor yang pada umumnya
adalah terbuat dari logam dan sebuah Isolator diantaranya sebagai pemisah.
Dalam Rangkaian Elektronika, Kapasitor disingkat dengan huruf “C”.
Jenis-Jenis Kapasitor
Berdasarkan bahan Isolator dan nilainya, Kapasitor dapat dibagi menjadi 2
Jenis yaitu Kapasitor Nilai Tetap dan Kapasitor Variabel. Berikut ini adalah
penjelasan singkatnya untuk masing-masing jenis Kapasitor :
A. KAPASITOR NILAI TETAP (FIXED CAPACITOR)
Kapasitor Nilai Tetap atau Fixed Capacitor adalah Kapasitor yang nilainya
konstan atau tidak berubah-ubah. Berikut ini adalah Jenis-jenis Kapasitor yang
nilainya Tetap :
22
1. Kapasitor Keramik (Ceramic Capasitor)
Kapasitor Keramik adalah Kapasitor yang Isolatornya terbuat dari Keramik
dan berbentuk bulat tipis ataupun persegi empat. Kapasitor Keramik tidak
memiliki arah atau polaritas, jadi dapat dipasang bolak-balik dalam rangkaian
Elektronika. Pada umumnya, Nilai Kapasitor Keramik berkisar antara 1pf sampai
0.01µF.
Kapasitor yang berbentuk Chip (Chip Capasitor) umumnya terbuat dari bahan
Keramik yang dikemas sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan peralatan Elektronik
yang dirancang makin kecil dan dapat dipasang oleh Mesin Produksi SMT (Surface
Mount Technology) yang berkecepatan tinggi.
2. Kapasitor Polyester (Polyester Capacitor)
Kapasitor Polyester adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari
Polyester dengan bentuk persegi empat. Kapasitor Polyester dapat dipasang
terbalik dalam rangkaian Elektronika (tidak memiliki polaritas arah)
3. Kapasitor Kertas (Paper Capacitor)
Kapasitor Kertas adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Kertas dan
pada umumnya nilai kapasitor kertas berkisar diantara 300pf sampai 4µF.
Kapasitor Kertas tidak memiliki polaritas arah atau dapat dipasang bolak balik
dalam Rangkaian Elektronika.
4. Kapasitor Mika (Mica Capacitor)
Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari bahan
Mika. Nilai Kapasitor Mika pada umumnya berkisar antara 50pF sampai 0.02µF.
Kapasitor Mika juga dapat dipasang bolak balik karena tidak memiliki polaritas
arah.
23
5. Kapasitor Elektrolit (Electrolyte Capacitor)
Kapasitor Elektrolit adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari
Elektrolit (Electrolyte) dan berbentuk Tabung / Silinder. Kapasitor Elektrolit
atau disingkat dengan ELCO ini sering dipakai pada Rangkaian Elektronika yang
memerlukan Kapasintasi (Capacitance) yang tinggi. Kapasitor Elektrolit yang
memiliki Polaritas arah Positif (-) dan Negatif (-) ini menggunakan bahan
Aluminium sebagai pembungkus dan sekaligus sebagai terminal Negatif-nya. Pada
umumnya nilai Kapasitor Elektrolit berkisar dari 0.47µF hingga ribuan
microfarad (µF). Biasanya di badan Kapasitor Elektrolit (ELCO) akan tertera
Nilai Kapasitansi, Tegangan (Voltage), dan Terminal Negatif-nya. Hal yang perlu
diperhatikan, Kapasitor Elektrolit dapat meledak jika polaritas (arah)
pemasangannya terbalik dan melampui batas kamampuan tegangannya.
6. Kapasitor Tantalum
Kapasitor Tantalum juga memiliki Polaritas arah Positif (+) dan Negatif (-)
seperti halnya Kapasitor Elektrolit dan bahan Isolatornya juga berasal dari
Elektrolit. Disebut dengan Kapasitor Tantalum karena Kapasitor jenis ini
memakai bahan Logam Tantalum sebagai Terminal Anodanya (+). Kapasitor Tantalum
dapat beroperasi pada suhu yang lebih tinggi dibanding dengan tipe Kapasitor
Elektrolit lainnya dan juga memiliki kapasintansi yang besar tetapi dapat
dikemas dalam ukuran yang lebih kecil dan mungil. Oleh karena itu, Kapasitor Tantalum
merupakan jenis Kapasitor yang berharga mahal. Pada umumnya dipakai pada
peralatan Elektronika yang berukuran kecil seperti di Handphone dan Laptop.
24
B. KAPASITOR VARIABEL (VARIABLE CAPACITOR)
Kapasitor Variabel adalah Kapasitor yang nilai Kapasitansinya dapat diatur
atau berubah-ubah. Secara fisik, Kapasitor Variabel ini terdiri dari 2 jenis
yaitu :
1. VARCO (Variable Condensator)
VARCO (Variable Condensator) yang terbuat dari Logam dengan ukuran yang
lebih besar dan pada umumnya digunakan untuk memilih Gelombang Frekuensi pada
Rangkaian Radio (digabungkan dengan Spul Antena dan Spul Osilator). Nilai
Kapasitansi VARCO berkisar antara 100pF sampai 500pF
25
2. Trimmer
Trimmer adalah jenis Kapasitor Variabel yang memiliki bentuk lebih kecil
sehingga memerlukan alat seperti Obeng untuk dapat memutar Poros pengaturnya.
Trimmer terdiri dari 2 pelat logam yang dipisahkan oleh selembar Mika dan juga
terdapat sebuah Screw yang mengatur jarak kedua pelat logam tersebut sehingga
nilai kapasitansinya menjadi berubah. Trimmer dalam Rangkaian Elektronika
berfungsi untuk menepatkan pemilihan gelombang Frekuensi (Fine Tune). Nilai
Kapasitansi Trimmer hanya maksimal sampai 100pF.
Fungsi Kapasitor dalam Rangkaian
Elektronika
Pada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan salah satu jenis Komponen
Elektronika yang paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan Kapasitor
memiliki banyak fungsi sehingga hampir setiap Rangkaian Elektronika
memerlukannya.
Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada Kapasitor dalam Rangkaian
Elektronika :
- Sebagai Penyimpan arus atau
tegangan listrik
- Sebagai Konduktor yang dapat
melewatkan arus AC (Alternating Current)
- Sebagai Isolator yang
menghambat arus DC (Direct Current)
- Sebagai Filter dalam Rangkaian
Power Supply (Catu Daya)
- Sebagai Kopling
- Sebagai Pembangkit Frekuensi
dalam Rangkaian Osilator
- Sebagai Penggeser Fasa
- Sebagai Pemilih Gelombang
Frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan dengan Spul Antena dan
Osilator)
Untuk mengetahui Cara Membaca nilai Kapasitor dan juga cara mengukur /
menguji Kapasitor, silakan membacanya di artikel : Cara Membaca dan menghitung
Nilai Kode Kapasitor dan Cara Mengukur Kapasitor (Kondensator).
26
4. Mengenal Kode-kode Transistor dan Dioda

Mengenal Kode-kode Transistor dan Dioda –
Transistor dan Dioda merupakan komponen Elektronika Aktif yang terbuat dari
bahan Semikonduktor dan masing-masing Transistor maupun Dioda memiliki karakteriktik
yang berbeda-beda tergantung pada tipe dan kegunaannya. Di pasaran, terdapat
ribuan tipe Transistor dan Dioda yang dirancang khusus untuk keperluan
tertentu. Seperti Transistor yang dirancang khusus untuk Penguat daya,
Transistor untuk saklar dan Transistor untuk Penggerak (Driver), ada juga yang
dirancang khusus untuk rangkaian yang konsumsi daya rendah ataupun dirancang
untuk aplikasi frekuensi tertentu.
Sistem Pengkodean Transistor
Pada dasarnya, kita dapat mengetahui bahan dasar sebuah Transistor/Dioda
dan kegunaannya dari kode Transistor tersebut. Sistem pengkodean Transistor dan
Dioda pada umumnya terdiri dari 3 jenis, yaitu sistem pengkodean Pro-Electron
yang dipakai oleh produsen Eropa dan sistem pengkodean JEDEC yang digunakan
oleh produsen Amerika Utara serta sistem pengkodean JIS yang umumnya digunakan
oleh produsen Jepang.
27
Sistem Pengkodean JEDEC
JEDEC adalah singkatan dari Joint Electron Devie
Engineering Council, Sistem pengkodean Transistor JEDEC ini berasal
dari Amerika Utara sehingga banyak digunakan oleh produsen-produsen
Transistor/Dioda yang berasal dari Amerika Utara seperti Amerika Serikat dan
Kanada. Sistem pengkodean JEDEC ini memberikan informasi yang sangat sedikit
terhadap karakteristik maupun parameter Transistor dan Dioda yang bersangkutan.
Format sistem pengkodean
JEDEC adalah sebagai berikut :
Angka, Huruf, Nomor Seri
Angka
|
Huruf
|
Nomor
Seri
|
1 = Dioda
|
N
|
Nomor Seri
Transistor atau Dioda yang bersangkutan
|
2 =
Transistor
|
||
3 = FET
|
Contoh :
1N4148 adalah Dioda, sedangkan 2N706 adalah Transistor.
Sistem Pengkodean
Pro-Electron
Sistem Pengkodean Pro-Electron merupakan sistem Pengkodean yang berasal
dari Eropa sehingga sering disebut juga dengan sistem pengkodean Eropa.
Produsen-produsen transistor dan dioda Eropa pada umumnya menggunakan sistem
pengkodean ini.
Format sistem pengkodean
Pro-Electron adalah sebagai berikut :
Huruf, Huruf, Nomor Seri
Huruf
Pertama adalah bahan Semikonduktornya
A = Germanium (Ge)
B = Silikon (Si)
C = Gallium Arsenide (GaAs)
B = Silikon (Si)
C = Gallium Arsenide (GaAs)
28
Huruf kedua adalah tipe
ataupun aplikasi komponen tersebut.
A = Dioda, Daya atau
Sinyal Rendah
B = Dioda, Varicap (Variable Capacitane)
C = Transistor, Frekuensi Audio, Daya rendah
D = Transistor, Frekuensi Audio, Daya tinggi
E = Dioda, Tunnel Diode
F = Transistor, Frekuensi Tinggi, daya rendah
G = Transistor, ragam keperluan
H = Dioda, peka terhadap Magnetik/sensor
L = Transistor, Frekuensi Tinggi, daya tinggi
N = Photocoupler
P = Light Detector (Photo Dioda, Photo Transistor)
Q = Light Emitter
R = Piranti Kemudi dan Saklar, daya rendah (Thrystor, Diac)
S = Transistor Saklar daya rendah
T = Piranti Kemudi dan Saklar, daya rendah (Thrystor, Diac)
U = Transistor Saklar daya tinggi
W = Piranti Surface acoustic wave
X = Dioda Pengganda (Multiplier Diode)
Y = Dioda Penyearah (Rectifier Diode)
Z = Dioda, Voltage reference (Pereferensi Tegangan)
B = Dioda, Varicap (Variable Capacitane)
C = Transistor, Frekuensi Audio, Daya rendah
D = Transistor, Frekuensi Audio, Daya tinggi
E = Dioda, Tunnel Diode
F = Transistor, Frekuensi Tinggi, daya rendah
G = Transistor, ragam keperluan
H = Dioda, peka terhadap Magnetik/sensor
L = Transistor, Frekuensi Tinggi, daya tinggi
N = Photocoupler
P = Light Detector (Photo Dioda, Photo Transistor)
Q = Light Emitter
R = Piranti Kemudi dan Saklar, daya rendah (Thrystor, Diac)
S = Transistor Saklar daya rendah
T = Piranti Kemudi dan Saklar, daya rendah (Thrystor, Diac)
U = Transistor Saklar daya tinggi
W = Piranti Surface acoustic wave
X = Dioda Pengganda (Multiplier Diode)
Y = Dioda Penyearah (Rectifier Diode)
Z = Dioda, Voltage reference (Pereferensi Tegangan)
Contoh :
BC107 menandakan Transistor untuk Frekuensi Audio daya rendah yang terbuat
dari bahan Silikon.
Sistem Pengkodean JIS
JIS adalah singkatan dari Japan Industrial Standard,
Sistem Pengkodean Transistor JIS ini adalah sistem pengkodean yang digunakan
oleh produsen Jepang.
Format sistem pengkodean JIS adalah sebagai berikut :
Angka, dua huruf, nomor
seri
29
Arti dari dua huruf ini
diantaranya adalah :
SA = Transistor PNP,
Frekuensi tinggi
SB = Transistor PNP, Frekuensi audio
SC = Transistor NPN, Frekuensi tinggi
SD = Transistor NPN, Frekuensi audio
SE = Dioda
SF = Thrystor
SG = Dioda Gunn
SH = UJT
SJ = P-channel FET/MOSFET
SK = N-channel FET/MOSFET
SM = TRIAC
SQ = LED
SR = Rectifier
SS = Signal Diode
ST = Avalanche Diode
SV = Varicap
SZ = Dioda Zener
SB = Transistor PNP, Frekuensi audio
SC = Transistor NPN, Frekuensi tinggi
SD = Transistor NPN, Frekuensi audio
SE = Dioda
SF = Thrystor
SG = Dioda Gunn
SH = UJT
SJ = P-channel FET/MOSFET
SK = N-channel FET/MOSFET
SM = TRIAC
SQ = LED
SR = Rectifier
SS = Signal Diode
ST = Avalanche Diode
SV = Varicap
SZ = Dioda Zener
Contoh :
2SC1815 adalah Transistor NPN yang berfrekuensi tinggi, 2SB646 adalah
Transistor PNP untuk frekuensi audio. Ada juga produsen yang mencetak
kode Transistor tanpa menampilkan dua karakter pertama seperti Transistor
2SC1815 menjadi C1815.
5. Cara Menghitung Nilai Resistor
30
Cara Membaca Nilai Resistor –
Resistor merupakan komponen penting dan sering dijumpai dalam sirkuit
Elektronik. Boleh dikatakan hampir setiap sirkuit Elektronik pasti ada
Resistor. Tetapi banyak diantara kita yang bekerja di perusahaan perakitan
Elektronik maupun yang menggunakan peralatan Elektronik tersebut tidak
mengetahui cara membaca kode warna ataupun kode angka yang ada ditubuh Resistor
itu sendiri.
Berdasarkan bentuknya dan proses pemasangannya pada PCB, Resistor
terdiri 2 bentuk yaitu bentuk Komponen Axial/Radial dan Komponen
Chip. Untuk bentuk Komponen Axial/Radial, nilai resistor diwakili oleh
kode warna sehingga kita harus mengetahui cara membaca dan mengetahui
nilai-nilai yang terkandung dalam warna tersebut sedangkan untuk komponen chip,
nilainya diwakili oleh Kode tertentu sehingga lebih mudah dalam membacanya.
Kita juga bisa mengetahui nilai suatu Resistor dengan cara menggunakan alat
pengukur Ohm Meter atau MultiMeter. Satuan nilai Resistor adalah Ohm (Ω).
Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Warna
Seperti yang dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial
adalah diwakili oleh Warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu
sendiri dalam bentuk Gelang. Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor,
tetapi ada juga yang 5 Gelang.
Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna
lainnya sebagai tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan
nilai toleransi pada nilai Resistor yang bersangkutan.
31
Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor :
32
Perhitungan untuk Resistor dengan 4 Gelang warna :
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.
33
Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang k3-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang k3-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%.
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%.
34
Contoh-contoh perhitungan lainnya :
Merah, Merah, Merah,
Emas → 22 *102 = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 103 = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 103 = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi
Cara menghitung
Toleransi :
2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 – 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310
ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm
2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 – 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310
ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm
Untuk mempermudah
menghafalkan warna di Resistor, kami memakai singkatan seperti berikut :
HI CO ME O KU JAU
(HItam, COklat, MErah, Orange, KUning. HiJAU,
BI UNG A PU
BIru, UNGu, Abu-abu, PUtih)
BIru, UNGu, Abu-abu, PUtih)
35
Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Angka :
Membaca nilai Resistor yang berbentuk komponen Chip lebih mudah dari
Komponen Axial, karena tidak menggunakan kode warna sebagai pengganti nilainya.
Kode yang digunakan oleh Resistor yang berbentuk Komponen Chip menggunakan Kode
Angka langsung jadi sangat mudah dibaca atau disebut dengan Body Code Resistor
(Kode Tubuh Resistor)
Contoh :
Kode Angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor adalah 4 7 3;
Cara pembacaannya adalah
:
Masukkan Angka ke-1
langsung = 4
Masukkan Angka ke-2 langsung = 7
Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 103
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)
Masukkan Angka ke-2 langsung = 7
Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 103
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)
36
Contoh-contoh
perhitungan lainnya :
222 → 22 * 102 = 2.200
Ohm atau 2,2 Kilo Ohm
103 → 10 * 103 = 10.000
Ohm atau 10 Kilo Ohm
334 → 33 * 104 = 330.000
Ohm atau 330 Kilo Ohm
Ada juga yang memakai
kode angka seperti dibawah ini :
(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)
4R7 = 4,7 Ohm
0R22 = 0,22 Ohm
(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)
4R7 = 4,7 Ohm
0R22 = 0,22 Ohm
Keterangan :
Ohm = Ω
Kilo Ohm = KΩ
Mega Ohm = MΩ
1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KΩ )
1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
Kilo Ohm = KΩ
Mega Ohm = MΩ
1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KΩ )
1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
37
6. Pengertian dan Fungsi Potensiometer

Pengertian dan Fungsi Potensiometer, –
Dalam Peralatan Elektronik, sering ditemukan Potensiometer yang berfungsi
sebagai pengatur Volume di peralatan Audio / Video seperti Radio, Walkie
Talkie, Tape Mobil, DVD Player dan Amplifier. Potensiometer juga sering
digunakan dalam Rangkaian Pengatur terang gelapnya Lampu (Light Dimmer Circuit)
dan Pengatur Tegangan pada Power Supply (DC Generator). Jadi apa sebenarnya Potensiometer
itu?
Potensiometer (POT)
adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan pemakainya.
Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam Kategori
Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki Terminal
dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar
dibawah ini menunjukan Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk dan Simbolnya.
38
Struktur Potensiometer beserta Bentuk dan Simbolnya
Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam Komponen Potensiometer adalah :
1. Penyapu atau disebut
juga dengan Wiper
2. Element Resistif
3. Terminal
Jenis-jenis Potensiometer
Berdasarkan bentuknya, Potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer
yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari
kiri ke kanan atau dari bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya. Biasanya
menggunakan Ibu Jari untuk menggeser wiper-nya.
39
2. Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer
yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara memutarkan Wiper-nya
sepanjang lintasan yang melingkar. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk memutar
wiper tersebut. Oleh karena itu, Potensiometer Rotary sering disebut juga
dengan Thumbwheel Potentiometer.
3. Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer
yang bentuknya kecil dan harus menggunakan alat khusus seperti Obeng
(screwdriver) untuk memutarnya. Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan
di PCB dan jarang dilakukan pengaturannya.

Prinsip Kerja (Cara Kerja) Potensiometer
Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang
membentuk jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal
lainnya (biasanya berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan
untuk menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan
Penyapu (Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya
Nilai Resistansi sebuah Potensiometer.
40
Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran
Metal (logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon).
Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat
digolongkan menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer Linear (Linear Potentiometer)
dan Potensiometer Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).
Fungsi-fungsi Potensiometer
Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan,
Potensiometer sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika
dengan fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai pengatur Volume pada
berbagai peralatan Audio/Video seperti Amplifier, Tape Mobil, DVD Player.
2. Sebagai Pengatur
Tegangan pada Rangkaian Power Supply
3. Sebagai Pembagi Tegangan
4. Aplikasi Switch TRIAC
5. Digunakan sebagai
Joystick pada Tranduser
6. Sebagai Pengendali Level
Sinyal
7. Cara Mengukur Potensiometer dengan Multimeter

41
Cara mengukur Potensiometer dengan
Multimeter –
Kita dapat mengukur nilai Resistansi dari sebuah Potensiometer dengan
menggunakan alat ukur yang dinamakan Multimeter, baik Multimeter yang
menunjukan nilai Digital maupun Multimeter Analog. Seperti yang kita ketahui
bahwa Multimeter adalah alat ukur yang terdiri dari gabungan pengukuran Arus
Listrik (Ampere), Tegangan Listrik (Volt) dan Resistansi/Hambatan (Ohm). Untuk
mengukur Potensiometer yang merupakan komponen keluarga Resistor, Potensiometer
tentunya diukur dengan fungsi Ohm (Resistansi) yang terdapat pada Multimeter.
Dalam pengukuran, kita dapat mengetahui Nilai Maksimum Resistansi sebuah
Potensiometer dan juga perubahan Nilai Resistansi Potensiometer saat kita
memutar Shaft atau Tuas pengaturnya.
Cara Mengukur Potensiometer
Berikut ini adalah cara untuk mengukur nilai Resistansi Potensiometer
dengan menggunakan Multimeter Digital :
Untuk mengetahui Nilai Resistansi Maksimum Potensiometer
1. Aturlah posisi Saklar
Multimeter pada posisi Ohm (Ω)
2. Hubungkan Probe
Multimeter pada kaki Terminal yang pertama (1) dan Terminal ketiga (3).
3. Perhatikan nilai
Resistansi Potensiometer pada Display Multimeter, nilai yang tampil adalah
nilai maksimum dari Potensiometer yang sedang kita ukur ini.
42
Perlu diketahui, Nilai Maksimum tersebut merupakan Nilai Nominal Potensiometer
dan akan hampir sama dengan nilai yang tertera pada badan Potensiometer itu
sendiri. Nilai Resistansi Potensiometer pada Terminal 1 dan Terminal 3 akan
selalu konstan. Artinya, Pemutaran Shaft (Tuas) pengatur tidak akan berpengaruh
terhadap nilai pengukurannya.
Untuk mengukur Perubahan Nilai Resistansi Potensiometer
1. Aturlah posisi Saklar
Multimeter pada posisi Ohm (Ω)
2. Hubungkan Probe
Multimeter pada kaki Terminal yang pertama (1) dan Terminal kedua (2).
3. Putarlah Shaft atau Tuas
pada Potensiometer searah jarum jam,
4. Perhatikan Nilai
Resistansi pada Display Multimeter, Nilai Resistansi and naik seiring dengan
pergerakan Shaft (Tuas) Potensiometer tersebut. Sebaliknya, Jika Shaft
(Tuas) Potensiometer diputar berlawanan arah jarum jam, Nilai Resistansi akan
menurun seiring dengan pergerakan Shaft (Tuas) Potensiometer tersebut.
5. Pindahkan Probe
Multimeter dari kaki Terminal pertama (1) ke Terminal ketiga (3). Jadi,
sekarang kaki Terminal Potensiometer yang diukur adalah Terminal 2 dan Terminal
3.
6. Putarlah Shaft (Tuas)
Potensiometer searah jarum jam,
7. Perhatikan Nilai
Resistansi Potensiometer pada Display Multimeter, Nilai Resistansi akan menurun
seiring dengan pergerakan Shaft (Tuas) Potensiometer tersebut. Sebaliknya, Jika
Shaft (tuas) Potensiometer diputar berlawanan arah jarum jam, Nilai
Resistansi akan naik seiring dengan pergerakan Shaft (Tuas) Potensiometer tersebut.
43
Catatan :
Potensiometer tidak
mengenal Polaritas Positif dan Negatif sehingga Posisi peletakan Probe Merah
dan Probe Hitam Multimeter tidak menjadi masalah dalam pengukuran.
Untuk mengetahui
Pengertian, Prinsip Kerja dan Fungsi Potensiometer, silakan baca artikel :Pengertian dan Fungsi Potensiometer.
44
8.
Pengertian dan Fungsi Induktor
beserta Jenis-jenisnya
Selain Resistor dan Kapasitor, Induktor juga merupakan komponen Elektronika
Pasif yang sering ditemukan dalam Rangkaian Elektronika, terutama pada
rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi Radio. Induktor atau dikenal juga
dengan Coil adalah Komponen Elektronika Pasif yang terdiri dari susunan lilitan
Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Pada dasarnya, Induktor dapat menimbulkan
Medan Magnet jika dialiri oleh Arus Listrik. Medan Magnet yang ditimbulkan
tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu yang relatif singkat. Dasar dari
sebuah Induktor adalah berdasarkan Hukum Induksi Faraday.
Kemampuan Induktor atau Coil dalam menyimpan Energi Magnet disebut dengan
Induktansi yang satuan unitnya adalah Henry (H). Satuan Henry pada umumnya
terlalu besar untuk Komponen Induktor yang terdapat di Rangkaian Elektronika.
Oleh Karena itu, Satuan-satuan yang merupakan turunan dari Henry digunakan
untuk menyatakan kemampuan induktansi sebuah Induktor atau Coil. Satuan-satuan
turunan dari Henry tersebut diantaranya adalah milihenry (mH) dan microhenry
(µH). Simbol yang digunakan untuk melambangkan Induktor dalam Rangkaian
Elektronika adalah huruf “L”.
45
Simbol Induktor
Berikut ini adalah Simbol-simbol Induktor :
Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor,
diantaranya adalah :
- Jumlah Lilitan, semakin banyak lilitannya
semakin tinggi Induktasinya
- Diameter Induktor, Semakin besar diameternya
semakin tinggi pula induktansinya
- Permeabilitas Inti, yaitu bahan Inti yang
digunakan seperti Udara, Besi ataupun Ferit.
- Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek inductor
(Koil) tersebut semakin tinggi induktansinya.
46
Jenis-jenis Induktor (Coil)
Berdasarkan bentuk dan bahan inti-nya, Induktor dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, diantaranya adalah :
- Air Core Inductor – Menggunakan Udara
sebagai Intinya
- Iron Core Inductor – Menggunakan bahan Besi
sebagai Intinya
- Ferrite Core Inductor – Menggunakan bahan Ferit
sebagai Intinya
- Torroidal Core Inductor – Menggunakan Inti yang
berbentuk O Ring (bentuk Donat)
- Laminated Core Induction – Menggunakan Inti yang
terdiri dari beberapa lapis lempengan logam yang ditempelkan secara
paralel. Masing-masing lempengan logam diberikan Isolator.
- Variable Inductor – Induktor yang nilai
induktansinya dapat diatur sesuai dengan keinginan. Inti dari Variable
Inductor pada umumnya terbuat dari bahan Ferit yang dapat diputar-putar.
Fungsi Induktor (Coil) dan Aplikasinya
Fungsi-fungsi Induktor atau Coil diantaranya adalah dapat menyimpan arus
listrik dalam medan magnet, menapis (Filter) Frekuensi tertentu, menahan arus
bolak-balik (AC), meneruskan arus searah (DC) dan pembangkit getaran serta
melipatgandakan tegangan.
Berdasarkan Fungsi diatas, Induktor atau Coil ini pada umumnya
diaplikasikan :
- Sebagai Filter dalam Rangkaian
yang berkaitan dengan Frekuensi
- Transformator (Transformer)
- Motor Listrik
- Solenoid
- Relay
- Speaker
- Microphone
Induktor sering disebut juga dengan Coil (Koil), Choke ataupun Reaktor.
47
9.
Pengertian Thermistor (NTC dan
PTC) beserta Karakteristiknya
Pengertian Thermistor (NTC dan PTC)
beserta Karakteristiknya –
Thermistor adalah salah satu jenis Resistor yang nilai resistansi atau
nilai hambatannya dipengaruhi oleh Suhu (Temperature). Thermistor merupakan
singkatan dari “Thermal Resistor” yang artinya adalah Tahanan (Resistor) yang
berkaitan dengan Panas (Thermal). Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu
Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient)
dan Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient).
Komponen Elektronika yang peka dengan suhu ini pertama kali ditemukan oleh
seorang ilmuwan inggris yang bernama Michael Faraday pada 1833. Thermistor yang
ditemukannya tersebut merupakan Thermistor jenis NTC (Negative Temperature
Coefficient). Michael Faraday menemukan adanya penurunan Resistansi (hambatan)
yang signifikan pada bahan Silver Sulfide ketika suhu dinaikkan. Namun
Thermitor komersil pertama yang dapat diproduksi secara massal adalah
Thermistor ditemukan oleh Samuel Ruben pada tahun 1930. Samuel Ruben adalah
seorang ilmuwan yang berasal dari Amerika Serikat.
Seperti namanya, Nilai Resistansi Thermistor NTC akan turun jika suhu di
sekitar Thermistor NTC tersebut tinggi (berbanding terbalik / Negatif).
Sedangkan untuk Thermistor PTC, semakin tinggi suhu disekitarnya, semakin
tinggi pula nilai resistansinya (berbanding lurus / Positif).
48
Simbol dan Gambar Thermistor PTC dan NTC
Berikut ini adalah
Simbol dan Gambar Komponen Thermistor PTC dan
NTC :
Karaktreristik Thermistor NTC dan PTC
Contoh perubahaan Nilai Resistansi Thermistor NTC saat terjadinya perubahan
suhu disekitarnya (dikutip dari Data Sheet salah satu Produsen Thermistor
MURATA Part No. NXFT15XH103), Thermistor NTC tersebut bernilai 10kΩ pada suhu
ruangan (25°C), tetapi akan berubah seiring perubahan suhu disekitarnya. Pada
-40°C nilai resistansinya akan menjadi 197.388kΩ, saat kondisi suhu di 0°C
nilai resistansi NTC akan menurun menjadi 27.445kΩ, pada suhu 100°C akan
menjadi 0.976kΩ dan pada suhu 125°C akan menurun menjadi 0.532kΩ. Jika
digambarkan, maka Karakteristik Thermistor NTC tersebut adalah seperti dibawah
ini :
49
Pada umumnya Thermistor NTC dan Thermistor PTC adalah Komponen Elektronika
yang berfungsi sebagai sensor pada rangkaian Elektronika yang berhubungan
dengan Suhu (Temperature). Suhu operasional Thermistor berbeda-beda tergantung
pada Produsen Thermistor itu sendiri, tetapi pada umumnya berkisar diantara
-90°C sampai 130°C. Beberapa aplikasi Thermistor NTC dan PTC di kehidupan kita
sehari-hari antara lain sebagai pendeteksi Kebakaran, Sensor suhu di Engine
(Mesin) mobil, Sensor untuk memonitor suhu Battery Pack (Kamera, Handphone,
Laptop) saat Charging, Sensor untuk memantau suhu Inkubator, Sensor suhu untuk
Kulkas, sensor suhu pada Komputer dan lain sebagainya.
Untuk mengetahui cara mengukur/menguji Thermistor (PTC/NTC). Silakan baca
artikel : Cara
Mengukur Thermistor PTC dan NTC dengan Multimeter.
Thermistor NTC atau Thermistor PTC merupakan komponen Elektronika yang
digolongkan sebagai Komponen Transduser, yaitu komponen ataupun perangkat yang
dapat mengubah suatu energi ke energi lainnya. Dalam hal ini, Thermistor
merupakan komponen yang dapat mengubah energi panas (suhu) menjadi hambatan
listrik. Thermistor juga tergolong dalam kelompok Sensor Suhu. Baca juga
: Pengertian Sensor Suhu dan Jenis-jenisnya.
50
10.
Pengertian Transducer dan
Jenis-jenisnya

Pengertian Transducer (Transduser) dan
Jenis-jenisnya –
Transducer (Transduser) adalah suatu alat yang dapat mengubah suatu bentuk
energi ke bentuk energi lainnya. Bentuk-bentuk energi tersebut diantaranya
seperti Energi Listrik, Energi Mekanikal, Energi Elektromagnetik, Energi
Cahaya, Energi Kimia, Energi Akustik (bunyi) dan Energi Panas. Pada umumnya,
semua alat yang dapat mengubah atau mengkonversi suatu energi ke energi lainnya
dapat disebut sebagai Transduser (Transducer).
Jenis-jenis Transducer
Berdasarkan Fungsinya, Transduser terbagi menjadi 2 jenis yaitu
Transduser Input dan Transder Output. Hampir semua perangkat Elektronika
terdapat kedua jenis Transduser tersebut. Berikut ini adalah Blok Diagram
sederhana dari Transduser Input ke Transduser Output.
51
Transduser Input (Input Transducer)
Transduser Input merupakan Transduser yang dapat mengubah energi fisik
(physical energy) menjadi sinyal listrik ataupun Resistansi (yang kemudian juga
dikonversikan ke tegangan atau sinyal listrik). Energi fisik tersebut dapat
berbentuk Cahaya, Tekanan, Suhu maupun gelombang suara. Seperti contohnya
Mikropon (Microphone), Mikropon dapat mengubah gelombang suara menjadi sinyal
listrik yang dapat dihantarkan melalui kabel listrik. Transduser Input sering
disebut juga dengan Sensor.
Berikut ini beberapa Komponen Elektronika ataupun perangkat Elektronika
yang digolongkan sebagai Transduser Input.
– LDR (Light Dependent Resistor) mengubah Cahaya menjadi Resistansi
(Hambatan)
– Thermistor (NTC/PTC) mengubah suhu menjadi Resistansi (Hambatan)
– Variable Resistor (Potensiometer) mengubah posisi menjadi Resistansi (Hambatan)
– Mikropon (Microphone) mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik
– Thermistor (NTC/PTC) mengubah suhu menjadi Resistansi (Hambatan)
– Variable Resistor (Potensiometer) mengubah posisi menjadi Resistansi (Hambatan)
– Mikropon (Microphone) mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik
Transduser Output (Output Transducer)
Transduser Output merupakan Transduser yang dapat mengubah sinyal listrik
menjadi bentuk energi fisik (Physical Energy). Seperti contohnya Loudspeaker,
Loudspeaker mengubah sinyal listrik menjadi Suara yang dapat di dengar oleh
manusia. Transduser Output sering disebut juga dengan istilah Actuator.
Beberapa Komponen
Elektronika atau Perangkat Elektronika yang digolongkan sebagai Transduser
Output diantaranya adalah sebagai berikut :
·
LED (Light Emitting Diode) mengubah listrik menjadi Energi Cahaya
·
Lampu mengubah listrik menjadi Energi Cahaya
·
Motor mengubah listrik menjadi Gerakan (motion)
·
Heater mengubah listrik menjadi Panas
·
Loudspeaker mengubah sinyal listrik menjadi Suara
52
Penggabungan Transduser Input dan Output
Banyak Perangkat Elektronika yang kita pergunakan saat ini adalah gabungan
dari Transduser Input dan Transduser Output. Dalam Perangkat Elektronika yang dimaksud
ini terdiri dari Sensor (Transduser Input) dan Actuator (Transduser Output)
yang mengubah suatu bentuk Energi menjadi bentuk energi lainnya dan kemudian
mengubahnya lagi menjadi bentuk energi yang lain. Seperti contohnya Pengukur
Suhu Badan (Termometer) yang mengkonversikan atau mengubah suhu badan kita
menjadi sinyal listrik (Transduser input = Sensor Suhu) kemudian diproses oleh
Rangkaian Elektronika tertentu menjadi Angka atau Display yang dapat dibaca
oleh kita (Transduser Output = Display).
Aplikasi Transduser
Berdasarkan Aplikasinya, Transduser dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
diantaranya adalah :
1. Transducer Electromagnetic, seperti Antenna, Tape
Head/Disk Head, Magnetic Cartridge.
2. Transducer Electrochemical, seperti Hydrogen
Sensor, pH Probes.
3. Transducer Electromechanical, seperti Rotary Motor,
Potensiometer, Air flow sensor, Load cell.
4. Transducer Electroacoustic, seperti Loadspeaker,
Earphone, Microphone, Ultrasonic Transceiver.
5. Transducer Electro-optical, seperti Lampu LED,
Dioda Laser, Lampu Pijar, Tabung CRT.
6. Transducer Thermoelectric, seperti komponen NTC
dan PTC, Thermocouple.
53
postingan yang mantap min
BalasHapussolder uap portable